Salam RAPI 51-55 .....
Menerawan ke masa lalu ... masa kecil kita
Waktu di Sekolah Dasar guru kita dengan lantang menegaskan bahwa budaya kita budaya negeri kita adalah budaya yang baik, berbudi pekerti luhur dan ramah tamah serta jiwa Gotong Royong. Dengan bangganya kita juga bercerita kepada orangtua kita di rumah apa saja yang telah kita dapat hari itu dari ajaran dan didikan bapak ibu guru kita......
Dulu waktu masuk SMP kita diajarkan penanaman nilai Pancasila melalui P4 (penataran). Kita dilatih untuk berdiskusi, tukar pikiran, menggali nilai nilai terkandung dalam pancasila sebagai dasar Negara. Lantas apakah itu semua berhasil? Silahkan tanya pada diri kita masing – masing. Masa kini di mana sekarang kita menjalani hidup, masihkah guru jaman sekarang punya pandangan dan ajaran seperti waktu itu? Apakah yang diajarkan sekarang dan dahulu sudah mengalami pergeseran nilai? Silahkan berpikir masing masing.
Sebagai gambaran ajaran budi pekerti luhur yang didengungkan waktu itu, apakah sikap orang –orang sekarang yang mudah terprovokasi, mudah marah dan mudah diadu domba , termasuk punya budi pekerti luhur? Benarkah kalau kita meniru budaya asing itu tidak sesuai dengan nilai norma kita? Tidak juga budaya Antri saja yang sepele, masyarakat kita masih kurang. Di mana ada antrian kita selalu liat berebut dan berjubelnya manusia karena ingin duluan. Sampai – sampai suatu bank harus membuat garis batas antri, membuat nomor urut antrian. Sudah beberapa kali kita juga mendengar berita berapa korban manusia akibat antri daging qurban, antri sedekah dan sebagianya.
Selayaknya kita semua introspeksi diri, bagaimana kita menjadi Negara yang maju, klau peradaban kita masih seperti hukum rimba siapa kuat dia menang. Lihatlah sekeliling kita sering terdengar maling ayam digebuki sampai bonyok bahkan tewas hanya gara gara seekor ayam dan si pelakupun kadang sangat terpaksa karena tidak bisa makan.
Lihatlah juga di jalan raya dimana ada jalur tertentu untuk kendaraan tertentu tapi masih saja dilanggar, jalur transjakarta misalnya, seharusnya jalur itu khsusus buat bus Transjakarta, tapi masih ada kendaraan pribadi , sepeda motor, bus kota, bahkan kendaraan aparat pun ikut berjubel di jalur itu sehingga kenyamanan dan kecepatan penumpang Transjakarta yang seharusnya cepat sampai tujuan , terjebak macet karena penyerobotan jalur. Berapa kendaraan yang hobi juga melewati bahu jalan di jalan tol bebas hambatan padahal ada rambu larangan “ DILARANG MELEWATI BAHU JALAN”. Bahkan kadang mobil mobil mewahpun ikutan melintas bahu jalan.
Begitu juga mengenai penggunaan Frequensi Radio... sudah ada aturan dan ada yang mengatur dan menetapkan, tapi kembali lagi ke jamaknya budaya kita, merasa dirinya banyak kawan ... menempati lahan orangpun dianggap sah - sah saja. walaupun sudah ada ketetapan dan surat keputusan yang jelas. Bukanya sadar.... malah cacian dan makian ditujukan kepada yang seharusnya menempati. Itulah gambaran nya. Di mana letak budi pekertinya ???
Dari realita yang ada saat ini , kita lalu bertanya. Benarkah masyarakat bangsa kita ini masih berbudi pekerti luhur? Adakah keramah tamahan yang selalu diajarkan guru kita dulu? Masih adakah kita saat ini yang masih setia dengan Mendahulukan kepentingan Umum dari pada Kepentingan Pribadi? Jawabnya…hanya diri sendirilah yang tahu. Yuk bangun kembali Budaya luhur kita Peradaban kita. Agar kita bisa dikenang ibarat “ Macan Mati meninggalkan Belang, Gajah mati meninggalkan Gading”
Sumber : www.mediapublik.press